Hai semua, Benia kembali lagi. Pada kali ini, aku akan sharing ilmu, pendapat dan pengalamanku di bidang yang aku suka yaitu bidang pencerahan, karena kalau disebut bidang psikologi, hemm.. agak terlalu tinggi ya.. Jadi aku lebih suka menyebutnya bdang 'pencerahan'. Nah, sharing kali ini aku dapatkan ketika aku menonton live dari @psycircle.id bersama Dr. Preysi Siby S.E, S.Psi, S.Pd, M.Si di Instagram. Yak, jadi sharing kali ini lebih mengarah ke 'penyampaian ulang' tapi sedikit aku sisipin pendapat sama pengalamanku juga. Jadi, lanjut aja lah ya..
Sumber : https://id.pinterest.com/pin/840554717934497792/ |
Nah pertama kita akan membahas, apa sih mental itu?
Oke, sebelum ke pertanyaan itu, aku akan memberi sedikit penjelasan tentang manusia. Manusia itu terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Tubuh sendiri adalah bagian yang benar-benar nampak dari manusia. Dan tubuh manusia ini terdiri dari banyak organ dan bagian. Contohnya adalah mata, alis, hidung, mulut, rambut, tangan, kaki dan lain-lain. Roh itu adalah hembusan nafas yang diberikan Tuhan kepada kita. Roh ini juga berperan dalam hidup seseorang, dan roh ini juga biasa disebut sebagai spirit manusia. Sementara, jiwa adalah suatu unsur batiniah seseorang yang tidak dapat dilihat seperti bagaimana cara pikir seseorang, kehendak seseorang. Mental ini termasuk dalam jiwa seseorang. Jika mental seseorang tersakiti, tidak kelihatan secara nyata, karena jiwa ini berada di jiwa. Mental yang sehat adalah mental yang mampu menjalankan jiwa/pikiran dan keberfungsiannya secara maksimal.
Nah, banyak hal yang mempengaruhi kondisi mental seseorang contohnya seperti: kondisi keluarga, lingkup pertemanan, lingkup sosial, cara belajar atau menirukan dan banyak hal lain. Kondisi keluarga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi mental seseorang. Hal ini menjadi salah satu faktor karena anak ketika ia lahir, ia dihadapkan dengan sebuah hubungan yang dinamakan keluarga. Dan karena ia mengenal hubungan yang dinamakan "keluarga", maka ia akan belajar terlebih dahulu dari keluarganya; bagaimana peran ayah dan ibu, bagaimana sikap kakak atau adik, bagaimana kasih sayang yang diberikan kakek/neneknya, bagaimana bicara ayahnya terhadap ibunya, dan sebaginya. Kemudian setelah anak lebih dewasa, mereka akan dihadapkan kepada lingkup pertemanan atau sosial. Ia akan terpengaruhi dari lingkup pertemanan atau sosialnya, ia akan belajar banyak hal dari bagaimana pertemanannya. Contohnya seperti: ia akan terpengaruhi bagaimana sikap teman- temannya, kenyataan-kenyataan yang ia dapat dari pertemanan, bisa jadi seperti kosakata baru ataupun sikap baru. Kemudian seiring berjalannya waktu, ketika manusia semakin bertambah usia, ia dihadapkan banyak hal seperti persoalan hidup, mulai dari berkurangnya teman, kenyataan sosial di masyarakat, sulitnya mencari pekerjaan, ataupun ketika tanggungjawabnya semakin besar. Hal itu mempengaruhi bagaimana ia bertindak, mentalnya, ketahanannya menghadapi suatu masalah, cara pikirnya, dan responnya.
Lalu hal yang juga mempengaruhi mental seseorang adalah bagaimana ia belajar atau meirukan orang lain. Hal ini saya rasa merupakan faktor yang penting, karena setiap manusia pasti akan belajar atau menirukan. Belajar atau menirukan ini bukan berarti belajar untuk mendapatkan nilai akademik yang baik, namun yang saya bicarakan disini adalah bagaimana seseorang belajar dari kehidupannya. Sejak ia lahir, ia akan belajar bagaimana sang ayah memperlakukan ibunya, ia akan belajar bagaimana teman-temannya memperlakukan dia, ia akan belajar bagaimana cara kakaknya berdalih ketika melakukan suatu kesalahan di depan orang tuanya. Ia juga akan meniru apa yang ia dengar dan apa yang ia lihat. Dan saya teringat suatu petuah yang pernah saya baca di Instagram, "7 tahun pertama manusia sangat menentukan masa depannya, karena di masa itulah dia akan meniru orang dan lingkungan di sekitarnya".
Kemudian, adapula bullying yang dapat menurunkan kondisi kesehatan mental seseorang. Bullying ini contohnya adalah body shaming, memalak, rasisme, dan sebagainya. Bullying ini dibagi menjadi 4, yaitu bullying secara verbal, non-verbal, relasional (hubungan pertemanan) dan secara elektronik. Bullying secara verbal dilakukan dengan melontarkan kata-kata yang dapat merendahkan ataupun secara tidak langsung menyakiti hati/mental seseorang. Contoh bullying verbal ini adalah julukan yang buruk, julukan yang lebih mengarah ke celaan, teror, gosip ataupun fitnah. Kemudian, bullying secara non-verbal dilakukan dengan menggunakan fisik sehingga korban bisa saja mendapat luka, memar, kehilangan anggota badan, atau yang paling parah adalah meninggal. Contoh bullying secara non-verbal adalah memukul, mendorong, menyikut, dan lain-lain. Lalu, bullying secara relasional biasanya melibatkan beberapa orang, yang tujuannya adalah untuk merendahkan harga diri seseorang. Nah, contohnya seperti mengucilkan, mengabaikan, atau dengan menghindari korban sehingga membuat korban tidak nyaman untuk bersosialisasi. Yang terakhir, bullying secara elektronik, hal ini melibatkan perangkat elektronik dan aplikasi media sosial, seperti dengan adanya Instagram, Twitter, Facebook. Contoh dari kasus bullying ini adalah : berkomentar pedas di postingan seseorang ataupun dengan mengirim gambar tidak senonoh lewat media sosial.
Mungkin saja kita dapat menjadi pelaku bullying tersebut ataupun kita dapat juga menjadi korban dari perilaku bullying. Ingat bahwa kita harus selalu menjaga apa yang kita katakan, tindakan kita, dan selalu berpikir dahulu sebelum bertindak/berkata-kata. Ini juga merupakan self reminder terhadap diri saya sendiri tentunya. Dan tambahan pula, bahwa toxic relationship itu tidak bisa dibinasakan/dimusnahkan, hanya kita yang dapat menjaga diri kita dan menjauhi circle pertemanan yang toxic seperti itu.
Sekian dari aku untuk konten ini, terimakasih telah membaca